Minggu, 12 Februari 2012

Supply Chain Management (SCM)

Prinsip SCM pada hakekatnya adalah sinkronisasi dan koordinasi aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan aliran material produk, baik yang ada dalam satu organisasi maupun antar organisasi. Aliran material/produk dalam satu organisasi, misalkan sebuah industri manufaktur, adalah sesuatu yang komplek. Penanganannya membutuhkan campur tangan semua pihak, bukan dilalui langsung oleh aliran material produk secara fisik, tetapi juga bagian-bagian lain seperti bagian perancangan produk, pemasaran, akuntansi, dan sebagainya.
Konsep Supply Chain
Manajemen Supply Chain adalah pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasi supplier, manufakturers, gudang, dan barang persediaan secara efisien sehingga produk dihasilkan dan didistribusikan dengan kuantitas yang tepat, pada lokasi yang tepat dan pada waktu yang tepat dengan tujuan untuk meminimasi biaya dalam sistem keseluruhan serta untuk memenuhi kepuasan komsumen. Supply Chain juga disebut sebagai jaringan logistik, yang terdiri dari pemasok, perusahaan manufaktur, dan pergudangan di pusat-pusat distribusi. Yang meliputi juga bahan baku, barang dalam proses (work in process), dan produk jadi yang mengalir melalui Supply Chain tersebut.
Melihat definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa Supply Chain adalah logistic network. Dalam hal ini, ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama, yaitu:
1. Supplier
2. Manufakturer
3. Distribution
4. Retail Outlet
5. Customer
Chain 1: Suppliers
Jaringan berawal dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku cadang, dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan suppliers. Dalam arti yang murni, ini termasuk suppliers’ suppliers atau sub suppliers. Jumlah suppliers bisa banyak atau sedikit, tetapi sub suppliers biasanya berjumlah banyak sekali. Inilah mata rantai pertama.
Chain 1-2: Suppliers-Manufacturer
Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufacturer. Hubungan dengan mata rantai pertamai ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya persediaan bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang berada di phak supplier, manufacturer, dan tempat transit merupakan target untuk melakukan penghematan ini. Tidak jarang penghematan sebesar 40%-60% bahkan lebih, dapat diperoleh dari inventory carrying cost di mata rantai ini. dengan menggunakan konsep supplier partnering misalnya, atau keakuratan peramalan, penghematan ini dapat diperoleh.
Chain 1-2-3: Suppliers-Manufacturer-Distribution
Produk jadi yang dihasilkan oleh manufacturer harus disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk penyaluran barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor atau wholesaler atau pedagang besar dalam jumlah besar, dan kemudian pedagang besar menyalurkan dalam jumlah kecil kepada retailers atau pengecer.
Chain 1-2-3-4: Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets
Wholesaler biasanya empunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Sekali lagi disini ada kesempatan untuk memperleh penghematan dalam bentuk jumlah persediaan barang dan biaya gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufacturer maupun ke retail outlets. Walaupun ada beberapa pabrik yang langsung menjual barang hasil produksinya kepada pelanggan, namun kebanyakan menggunakan pola seperti diatas.
Chain 1-2-3-4-5: Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets-Customer
Dari rak-raknya, para pengecer ini menawarkan barangnya langsung kepada pelanggan atau pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlets adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko koperasi, mal, dan sebagainya, dimana pembeli akhir melakukan pembelian. Mata rantai supplai ini baru betul-betul berhenti setelah barang yang bersangkkutan tiba di pemakai langsung (pemakai yang sebenarnya) barang atau jasa yang dimaksud.
Fungsi Manajemen Supply Chain
Ada dua fungsi SCM, yaitu:
1. SCM secara fisik mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi dan menghantarkannya ke pemakai akhir. Fungsi pertama ini berkaitan dengan ongos-ongkos fisik, yaitu ongkos material, ongkos penyimpanan, ongkos produksi, ongkos transportasi, dan sebagainya.
2. SCM sebagai mediasi pasar, yakni memastikan bahwa apa yang disuplai oleh rantai supply mencerminkan aspirasi pelanggan atau pemakai akhir tersebut. Fungsi kedua ini berkaitan dengan biaya-biaya survey pasar, perancangan produk, serta biaya-biaya akibat tidak terpenuhinya aspirasi konsumen oleh produk yang disediakan oleh sebuah rantai supply. Ongkos-ongkos ini bisa berupa ongkos markdown, yakni penurunan harag produk yang tidak laku dijual dengan harga normal, atau ongkos kekuarangan supply yang dinamakan dengan stockout cost.
Prinsip-Prinsip Supply Chain Management
Prinsip utama yang harus dipegang dalam sinkronisasi aktivitas-aktivitas sebuah supply chain adalah untuk menciptakan resultan yang lebih besar, bukan hanya bagi tiap anggota rantai, tetapi bagi keselurhan sistem. Kesuksesan implementasi prinsip ini biasanya membutuhkan perubahan-perubahan pada tingkatan strategis maupun taktis. Sebaliknya kegagalan biasanya ditandai oleh ketidakmampuan manajemen mendefinisikan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menggiring komponen-komponen supply chain yang kompleks ke arah yang sama.
Anderson, Britt, dan Favre (1997) memberikan 7 prinsip SCM dalam merumuskan keputusan strategis, yaitu:
1. Segmentasi pelanggan berdasarkan kebutuhannya
2. Sesuaikan jaringan logistik untuk melayani kebutuhan pelanggan yang berbeda
3. Dengarkan signal pasar dan jadikan signal tersebut sebagai dasar dalam perencanaan kebutuhan (demand planning) sehingga bisa menghasilkan ramalan yang konsisten dan alokasi sumber daya yang optimal
4. Deferensiasi produk pada titik yang lebih dekat dengan konsumen dan percepat konversinya di sepanjang rantai supply
5. Kelola sumber-sumber suplai secara strategis untuk mengurangi ongkos kepemilikan dari material maupun jasa
6. Kembangkan strategi teknologi untuk keseluruhan rantai supply yang mendukung pengambilan keputusan berhierarki seta berikan gambaran yang jelas dari aliran produk, jasa, maupun informasi
7. Adopsi pengukuran kerja untuk sebuah supply chain secara keseluruhan dengan maksud untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen akhir.